Jobolarangan; berhenti sebelum sampai
November 05, 2022Pegunungan Lawu Selatan |
Minggu, 6 November 2022. Saya bersama kakak saya Hayan berangkat untuk mendaki Bukit Mongkrang dilanjut Jobolarangan (apabila memungkinkan). Bukit Mongkrang berada di wilayah Tawangmangu Karanganyar. Kami berangkat dari Klaten pukul 07.00 dan mengalami beberapa kendala di perjalanan. Entah feeling atau hanya kebetulan, motor kakak saya beberapa kali tidak kuat menanjak, setelah sampai pasar Tawangmangu, kami mampir di bengkel yamaha. Akhirnya ganti lah beberapa spare part seperti v-belt. Lanjut perjalanan, motor kembali rewel saat masuk arah Tawangmangu. Saya sempat beberapa kali turun dan berjalan kaki. Setelah memang tidak kuat, kami memutuskan untuk mencari jalan lain menuju basecamp. Ketemu jalan raya yang lebih landai, kami sampai di basecamp Mongkrang sekitar jam 12.00 siang. Usai parkir kami berjalan menuju basecamp, saat registrasi saya sempat bertanya kepada petugas basecamp, mas kalo mau ke Jobolarangan, berapa jam dari puncak Mongkrang? Mas basecamp menjawab 1 jam saja. Kemudian saya bertanya lagi, jalurnya seperti apa? Jelas atau tidak? Dia menjawab, tidak terlalu jelas sih mbak.
Kemudian saya sholat dzuhur di mushola dekat basecamp. Usai sholat, saya kembali bertanya kepada mas basecamp, mas yakin 1 jam? Mas basecamp menjawab dengan meyakinkan, iya mbak 1 jam.
Kami memulai perjalanan (12.15)
Perjalanan naik cukup lancar saya skip-skip saja, pada hari itu banyak sekali pendaki yang naik ke bukit Mongkrang. Tapi rata-rata mereka turun gunung. Sampai puncak candi 1 pukul 12.50, kami beristirahat sebentar, saya sempat memotret beberapa lokasi untuk saya jadikan bahan di artikel. Lanjut berjalan, kami sampai di puncak Mongkrang pukul 13.45. Pada saat itu, di puncak Mongkrang hanya ada 2 rombongan selain kami dan tidak ada yang akan melanjutkan perjalanan ke puncak Jobolarangan. Usai beristirahat, pukul 14.00 kami memulai perjalanan ke puncak Jobolarangan. Jalur awal sudah membingungkan, harus ambil arah mana. Kami sempat salah jalur diawal ini. Sampai akhirnya kami ambil arah kanan dan bertemu jalur kecil menurun. Jalur yang cukup rimbun tapi masih jelas. Sekitar 10 menit berjalan, kami sampai di sebuah lembah. Sepertinya bernama Lembah Welo. Dari sini, ada satu plang bertuliskan Jobolarangan menuju ke sebelah kanan. Kami sempat cek jalur yang lurus, tapi tidak ada tanda-tanda apapun meskipun jalurnya jelas dan ada tulisan disebuah pohon, "parkir trail" oke berarti ini menuju jalur trail. Kami akhirnya mengambil arah kanan sesuai plang Jobolarangan.
Lembah Welo |
Setelah berjalan ke arah kanan, kami sampai di sebuah tanah lapang yang tidak terlalu luas, tapi tidak ada jalur sama sekali selain jalur sempit yang tertutup semak-semak disebelah kiri kami, setelah mengecek beberapa lokasi yang ternyata buntu, kami sepakat mengambil arah kiri yang tertutup semak-semak itu. Disinilah petaka dimulai, setelah menyusuri hutan lumut yang saya merasa ngeri melewatinya, kami sampai di jalur bertuliskan mongkrang - pandowo. Jalurnya mirip dengan jalur trail. Kami mengikuti jalur tersebut yang mayoritas diisi dengan turunan. Sampai beberapa kali saya melihat tanda mongkrang - pandowo lagi tapi tidak ada satupun tanda Jobolarangan maupun pertanda pos. Saya sempat berkata "kalo kita gak sampe puncak, ikhlas kan? Kalo akhirnya jalur yang kita ambil ini menuju arah basecamp lain?" dan kakak saya setuju, saya juga minta maaf, tidak bisa mengantarkan ke puncak Jobolarangan sesuai rencana. Saya minta perjalanan ini diikhlaskan sampai puncak mongkrang saja. Waktu berjalan sampai satu jam lamanya sesuai dengan estimasi yang diberikan mas basecamp, tapi kami masih saja berada didalam hutan lumut. Dimana jalan keluarnya? padahal jalur cuma satu yang kami lalui tapi tidak ada tanda-tanda akan keluar vegetasi, justru jalur terus menurun. Sampai disebuah titik, saya melihat jauh di sebelah kanan ada sebuah bukit hijau nan gagah. Saya curiga itu adalah Jobolarangan, karena posisi puncak Mongkrang dan Pandowo berada dibelakang kami. Tapi karena lagi-lagi, kami tidak bertemu sedikitpun akses kesana, kami terus menuruni satu-satunya jalur yang kami pijak saat ini. Pukul 15.30 sore, stuck! Seolah semesta menyuruh kami pulang. Pulang, ini bukan tempat kalian 😭 kami sampai disebuah persimpangan, empat arah dengan jalur yang luasnya hampir sama tapi sama sekali tidak ada petunjuk. Disini saya sudah tidak habis pikir. Saya kemudian membuka maps di hp, yang saya pikir tidak bisa diakses. Astaghfirullah 😭 maps berjalan, menunjukkan kami berada di pos 1 jalur Wonomulyo 😭 sejauh itu kami sampai di kawasan Magetan Jawa Timur. Kami cuma punya dua pilihan, kembali dengan estimasi waktu 1,5 jam seperti saat turun, atau turun dan mencari basecamp dari jalur ini. Dengan segala pertimbangan dan lelah yang entah akan kuat atau tidak saat kembali nanti, kami memutuskan untuk berjalan naik. Saya sudah tidak berfikir lagi apa-apa yang ada disekeliling kami, saya hanya fokus berjalan pulang sebelum terjebak gelap didalam hutan. Saya capek, lelah, harus berjalan menanjak kembali padahal seingat saya turunan tadi curam-curam. Berarti kami harus melewati tanjakan yang juga curam. Belum lagi hutan lumut yang seolah tidak ada habisnya. Disini tidak ada manusia lain, hanya kami berdua, saya dan kakak saya ditengah rimba pegunungan lawu selatan yang saya belum pernah menjejakinya. Sesekali saat berjalan, ekor mata saya melihat puncak Jobolarangan yang ada jauh di sebelah kiri kami. Tapi saat pikiran terbesit untuk sampai disana, hujan turun sederas-derasnya. Seperti air yang benar-benar tumpah dari langit. Jalur trail yang ditengahnya berbentuk cekungan panjang pun langsung terisi penuh oleh air hujan. Tidak ada pilihan lagi, kami tidak punya banyak waktu selain terus berjalan sampai setidaknya menemukan Lembah Welo kembali. Saya sudah tidak peduli lagi dengan sepatu yang banjir ataupun kepala basah karena hujan sederas itu meski kami sudah memakai jas hujan. Seingat saya jalur yang harus kami lewati ketika kembali ini adalah hutan lumut yang sangat panjang, tapi beberapa waktu kemudian kami tidak menemukan hutan lumut sepanjang tadi. Bahkan tanjakan yang kami rasakan curam pun kurang dari 5 yang kami temui. Saya sampai membuat opsi, kalau kita kemalaman keluar dari hutan ini, setidaknya nanti sampai di puncak mongkrang ataupun puncak candi, kalau harus bermalam, kami minta tolong pada pendaki lain. Karena kami hanya membawa perbekalan tektok tanpa berencana akan camp. Sesekali langkah saya terhenti karena nafas yang terengah-engah berjalan dijalur ini. Sampai di suatu tempat, saya dikagetkan dengan plang bertuliskan pos 2. Plang yang sama sekali tidak saya temukan bahkan kakak saya juga pada saat turun. Kalau tadi kami menemukan tanda pos 2 sewaktu turun, sudah pasti kami langsung berbalik arah untuk naik kembali. Semakin merasa tidak semestinya, kami terus berjalan dengan hujan yang masih lebat.
Pos 2 |
Sekitar 40 menit berjalan kami sampai di pertigaan yang saya curigai adalah simpang dimana kami tersesat diawal tadi. Tapi kakak saya bilang kita belum terlalu lama berjalan, seharusnya belum bertemu pertigaan tersebut. Kemudian kami memilih arah kanan yang terus mengikuti jalur trail dan kami sampai di semak-semak. Seketika saya langsung berkata "perasaanku udah enak sekarang" meskipun saya tidak tau didepan ada apa. Beberapa langkah kemudian, kami sampai Lembah Welo 😭 hanya dalam waktu 45 menit. Sangat tidak masuk akal memang, turun 1,5 jam naik justru secepat itu yang seharusnya jauh lebih lama. Kami bergegas melanjutkan jalan pulang sampai kira-kira pukul 16.25 kami sampai kembali di puncak Mongkrang. Saya tidak bisa menahan air mata untuk tidak jatuh. Kami selamat 😭 setelah usaha untuk keluar dari hutan ini, dari ketidakmungkinan dan hal-hal diluar kendali kami. Lanjut perjalanan, menuruni puncak Mongkrang menuju puncak candi 1. Saya berencana akan ashar disana. Setidaknya saya merasa sudah aman di puncak candi. Ditengah perjalanan kami bertemu 4 orang pendaki yang kami jumpai diawal tadi. Mereka mengajak kami sholat ditanah lapang diantara puncak mongkrang dan puncak candi tapi saya yakin bisa mencapai puncak candi sekitar jam 5. Alhamdulillah, benar jam 5 tepat kami sampai. Setelah sholat dan istirahat sebentar, kami lanjut turun karena tidak membawa headlamp. Perjalanan cukup lancar sampai di basecamp pukul 18.00. Tercatat di aplikasi strava, kami tersesat sejauh 6,98 km pulang-pergi. Sampai basecamp, saya langsung bicara kepada beberapa orang yang berjaga disana. Saya bilang, itu jalur satu-satunya yang bisa kami lewati, tapi kami tersesat karena itu. Menurut pihak basecamp, mereka pernah memasang petunjuk arah Jobolarangan, tapi mendapat sidak dari pihak basecamp Jawa Timur karena bukan wilayah mereka. Dari kejadian tersesat kami ini, katanya akan menjadi evaluasi buat mereka. Bukankah keselamatan lebih penting daripada seteru? Terlepas dari apapun yang kami alami saat tersesat tadi, ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Wallahu a'lam bishawab.
0 komentar