Pendakian Gunung Sumbing via Banaran

January 02, 2018

Selamat tahun baru 2018 🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉
Apa resolusimu tahun ini?
Kalo kami di tanggal 1 tahun 2018 adalah ingin mencapai puncak rajawali Gunung Sumbing, xixixi
Cerita dimulai dari sini 🔓

Sabtu, 30 Desember 2017
Plan yang belum terlalu lama kami rencanakan, mencoba jalur Banaran Gunung Sumbing yang katanya jalur eskalator dengan ratusan ribuan tangga nya sampai pos 3. Penasaran kami pun memutuskan mengakhiri tahun 2017 dengan mendaki Gunung Sumbing. Saya beserta Pungky dan Hari memulai perjalanan dari Sleman pada tanggal 30 Desember 2017 pukul 21.00 setelah selesai belanja logistik dan sebagainya untuk mengisi kulkas carrier, berangkatlah kami ke basecamp @sumbingeastroute berdasarkan arahan pihak basecamp via chatting whatsapp.
Basecamp Banaran ini terletak di sekitar 1100 mdpl, dari Magelang kami menuju arah Secang dan berbelok ke Temanggung, lalu sampai samsat Temanggung / terminal belok kiri arah taman Pikatan, sampai disitu kembali belok kiri dan akan ada perempatan petunjuk arah basecamp Banaran, ambil saja arah kanan kemudian ikuti jalan utama sampai menemukan pertigaan jalur Lamuk dan Banaran ambil arah kiri, di pos ronda akan ada plang Banaran, ikuti jalur dan nantinya akan sampai di Basecamp yang berada di dekat kantor Desa Banaran.
Kami disambut dengan segelas teh manis dengan keramahan pengelola Basecamp yang menuntun perjalanan kami yang sempat tersesat ke basecamp Lamuk 😂
Pukul 23.00 kami menginap di basecamp untuk mendaki pada pagi harinya, disediakan aula / gor yang cukup luas yang merupakan bangunan dari Gedung Desa Banaran. Kami beristirahat untuk memulai aktifitas pendakian esok hari.

Minggu, 31 Desember 2017
Pukul 04.30 adzan subuh membangunkan tidur kami, segera saja sautan suara adzan dari beberapa masjid / musholla di daerah Banaran ini menyeruak menandakan pagi segera datang, cuaca cerah banyak bintang bertaburan masih terlihat jelas di langit Banaran pagi itu. Usai beribadah masing-masing, kami mempersiapkan diri untuk packing dan sebagainya.

Pukul 06.30 kami mencari sarapan di warung Bu Siti yang berada persis di bawah basecamp, warung ini cukup lengkap hampir menyerupai toko kelontong. Disini kami bisa menemukan berbagai logistik bahkan sarung tangan dan kaos kaki pun ada. Kami memesan sarapan untuk selanjutnya memulai pendakian. Usai sarapan kami melakukan registrasi. Tiket pendakian Gunung Sumbing via Banaran Desember 2017 Rp. 10.000 / orang, parkir motor Rp. 5.000 dan ojek naik / turun sampai pos 0 Rp. 20.000.
Ojek pun segera datang tidak lain dan bukan driver nya adalah mas mas basecamp yang bersama kami. Dengan skil mengemudi mereka, kami dibawa melaju ke pos 0 yang jika berjalan kaki memakan waktu sekitar 2 jam. Trek yang sangat menanjak menurutku, tapi mereka santai saja mengemudikan motor membawa carrier di depan dan saya di belakang. Kurang dari 15 menit kami sampai di pos 0 atau Brangkalan dengan ketinggian 1438 mdpl setelah melewati pemukiman penduduk yang menanjak dan ladang petani.

Pos 0 - Pos 1 
07.00 - 08.45
Dari pos 0 -  pos 1 adalah jarak yang terjauh, mula-mula kita sudah disuguhi tanjakan ladang penduduk yang cukup membuat gemetar kaki. Jalur Banaran ini memang bisa dikatakan minim bonus. Bisa dihitung untuk jalur landai hanya sekian persen dan cuma beberapa meter. Berjalan menelusuri ladang, kami menemukan sebuah bangunan bernama Dong Banger, yaitu shelter beratap genteng cukup kokoh bisa untuk sekedar mengistirahatkan kaki dan pundak usai tanjakan tadi 😂
Sebentar break disini, kami melanjutkan perjalanan trek berikutnya adalah tanah padat yang tidak terlalu menanjak dan vegetasi sudah mulai memasuki area hutan. Jalur cukup jelas menurut saya, tidak ada percabangan yang membingungkan. Juga masih bersih, tidak ada dan JANGAN ADA yang membuang sampah sembarangan disini. Setengah perjalanan, kami sampai di kedai kopi Gane Sari yang merupakan batas ladang penduduk, juga ada mushola serta toilet. Warung yang cukup komplit menyediakan es teh, gorengan, dan kawan-kawannya.
Kami bertemu rombongan pendaki dari Semarang, tidak berlama-lama kami segera berangkat bersama menuju pos selanjutnya. Kali ini saya memang me-manage waktu dengan cukup ketat, karena dari prakiraan cuaca yang saya lihat menjelang sore akan terjadi hujan, so untuk mengantisipasi kami mendaki sepagi mungkin.
Tidak lama setelah itu, kami menemukan gapura "selamat datang para pendaki gunung Sumbing" yang juga ada kursi kayu di sebelahnya untuk sekedar beristirahat mengatur nafas.

Gapura 1
Jalur masih tanah terkadang tangga dari tanah juga, sampai kembali menemukan gapura "Selamat Mendaki G. Sumbing" dan dari sinilah jalur eskalator dimulai 😄

Gapura 2
Sebenarnya jalur eskalator atau tangga dibuat untuk memudahkan pendaki, kalau tidak nggak kebayang licin dan terjalnya jalur 😅 walaupun memang cukup melelahkan saat naik, tapi akan terasa mudah saat kita turun. Sekitar 1,5 jam lebih dari pos 0 sampailah kami di pos 1. pos ini ditandai dengan plang kayu yang cukup jelas dan ada shelter tenda biru yang bisa digunakan untuk berteduh.

Pos 1
Pos 1 -  Pos 2
09.00 - 10.00
Menuju pos 2 kami dipertemukan lagi dengan jodoh tangga berundak yang membuat mental ciut dengan tanjakan sekian derajatnya. Satu persatu tangga kami lewati anggaplah sudah hampir selesai 😁 di sepanjang jalur akan ada beberapa kursi kayu untuk mempermudah pendaki yang hendak beristirahat sebentar. Cuaca masih cerah sepanjang perjalanan, kami masih terus menapaki satu persatu tangga untuk mencapai pos 2. Sesekali ada tangga dari bebatuan yang masih manusiawi atau tidak terlalu terjal 😁 sekitar 1 jam kemudian kami sampai di pos 2. Disini juga ada shelter cukup luas, kami bertemu satu rombongan pendaki. Tidak break lama, kami segera melanjutkan perjalanan.

Pos 2
Pos 2 - Pos 3
10.00 - 11.15
Keluar dari area pos 2, kami masuk ke kawasan Setari dengan jalur yang cukup landai meski tidak seberapa. Menuju pos 3 ini kami masih menjumpai beberapa tangga kayu yang sama seperti sebelumnya, meski tidak full semua jalur. Vegetasi mulai penuh dengan pohon mandingan, sehingga jika angin bertiup kadang batang pohon manding akan bergesekan dan menghasilkan suara. Kami melanjutkan perjalanan sambil sesekali berhenti mengatur nafas dan langkah kaki. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di pos 3. Disini ada beberapa tenda yang sudah berdiri dan ditinggal summit, area pos 3 memang masih masuk vegetasi jadi tidak terkena terpaan angin secara langsung, namun untuk summit kemungkinan membutuhkan waktu lebih dari 4 jam dari pos ini. Pos 3 juga merupakan pertemuan antara jalur Banaran dan jalur Lamuk. Kami break cukup lama disini sebelum meneruskan perjalanan. 

Pos 3 - Pos 4
11.45-13.30
Menuju pos 4 jalur sudah berubah yang tadinya banyak tangga dari bebatuan maupun kayu, menjadi tanah menanjak dengan sedikit bebatuan. Kami melewati rimbunnya pohon mandingan yang sesekali hampir mirip hutan mati di kawasan Grenden Merbabu. Kabut mulai turun tapi cuaca masih cukup mendukung untuk melanjutkan pendakian, jalur yang didominasi tanah seperti ini akan sangat licin ketika turun hujan. Jadi sedia sepatu yang kokoh untuk mengantisipasi agar tidak terpeleset. Karena sepatuku usai sudah disini, hiks apasih. Jarak antara pos 3 menuju pos 4 adalah 627 meter. Sekitar 1,5 jam berjalan santai. Usai jalur hutan yang cukup rapat vegetasi mulai terbuka tebing-tebing bebatuan menyambut kami, terlihat watu ondho yang merupakan pertanda pos 4 sudah dekat. Di watu ondho ini kita sedikit menggunakan skill memanjat karena jalur diharuskan menggunakan tali yang sudah ada, terpasang 2 tali berwarna merah dan biru juga ada rantai, pastikan pegangan tangan dan pijakan kaki kuat dan usahakan saling mengawasi serta fokus, karena jika tidak hati-hati cukup fatal, di sebelah kiri dihadapkan pada jurang.

Watu Ondho
Usai melewati watu ondho, sampailah kami di pos  4. Disini sudah ada beberapa tenda yang berdiri maupun pendaki yang packing untuk turun. Kami segera mencari tempat karena pos 4 tidak terlalu luas mungkin muat sekitar 25-30 tenda kapasitas 4 orang saja. Di pos 4 ini cukup baik untuk melihat matahari terbit, tapi dengan kondisi vegetasi yang terbuka, menjadikan angin disini bertiup cukup kencang terlebih saat ada badai.
Kami segera mendirikan tenda, dan benar saja belum selesai kami memasang layer, hujan turun. Segera saja kami menyelesaikan dan bergegas masuk tenda.

Pos 4
Pukul 14.00 sampai menjelang malam terjadi badai di jalur ini, angin yang begitu kencang menyergap tenda kami hingga tidak ada tim yang berani keluar. Suhu sangat dingin, apalagi air hujan sampai menembus tenda, jadilah kami hanya bisa berdoa semoga badai lekas berhenti dan cuaca kembali membaik.

Senin, 1 Januari 2018
05.30-08.00
Pukul 05.00 kami bangun dan mempersiapkan diri untuk summit walaupun saya pun merasa cukup pesimis karena angin kencang masih saja menerpa tenda kami di pos 4. Setelah membawa cukup logistik, saya mencoba keluar tenda dan mengecek keadaan, setelah dirasa cukup aman pukul 05.30 kami berangkat summit menuju puncak rajawali. Jalur mula mula masih melewati punggungan bukit, puncak berada di balik tebing yang menuju ke arah segoro banjaran. Dari pos 4 ini naik sedikit dan ke arah kanan 200 meter akan ada mata air.

Pagi hari pos 4
Kami cukup santai saat summit, dan baru bertemu dengan 1 rombongan di depan kami. Sambil melewati perbukitan menuju segoro banjaran, kami melawati 2 sungai yang debit airnya kecil. Jalan terus menanjak, sepertinya akan terus seperti ini sampai banjaran. Setelah hampir mendekati tebing cuaca berkabut, kami lanjutkan perjalanan sambil berharap agar saat tiba di puncak maupun saat turun cuaca kembali bersahabat. Dari sini, terlihat view gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo dan Ungaran nampak gagah mengelilingi Jawa Tengah. Sekitar 1,5 jam berjalan, kami masuk di celah dua tebing menuju segoro banjaran. Subhanallah, apa yang saya rasakan saat itu begitu takjub, tidak sia-sia rasanya melewati trek melelahkan seperti itu tapi view yang didapat lebih dari ekspetasi.
Menuju segoro banjaran
Jalur mulai landai, artinya kami sudah dekat dengan segoro banjaran, dan benar plang sudah terlihat. Ada dua tenda pendaki asal Temanggung yang berdiri disini, dalam hatiku "kuat sekali mereka bisa camp sampai disini kalau mengingat jalur yang sedemikian 😂" setelah kami ngobrol, ternyata mereka melewati jalur Lamuk.

Segoro Banjaran
Tidak lama kami berhenti, kami terus mengitari segara banjaran dimanjakan dengan view nya yang sangat eksotis. Cuma Sumbing yang bisa begini 😍 menuju arah kawah akan ada plang kemana tujuan kita selanjutnya, ada puncak sejati yaitu puncak dari jalur pendakian Butuh dan Mangli Kaliangkrik Magelang, puncak Buntu dari jalur pendakian Garung Wonosobo, dan ada kawah gunung Sumbing. Kami menuju arah puncak Rajawali, sepertinya cukup terjal, kami bertemu dengan dua orang pendaki dari Solo, akhirnya kami meminta bantuan untuk mendaki bersama menuju Puncak rajawali karena salah satu dari mereka sudah pernah ke puncak Rajawali. Jalur cukup menanjak dan bervariasi, dari mulai bebatuan dan tanah yang sesekali melipir di tepi jurang, ada satu spot yang cukup riskan untuk dilewati yang jalurnya tipis dari bebatuan, keep safety ya jangan terburu-buru 😅 Setelah cukup lama berjalan dan kadang break, bendera Puncak Rajawali sudah terlihat, kami pun mempercepat langkah dan finally, sampailah kami di Puncak rajawali gunung Sumbing. Sangat lega, akhirnya perjuangan dengan doa dan keyakinan menjawab langkah kaki kami menapaki titik tertinggi Gunung Sumbing. Dari sini, kami seperti mendapat hadiah dari Tuhan. Menengok arah timur jalur pendakian hampir seluruhnya tertutup oleh kabut, tapi saat menengok arah barat seperti jalur Bowongso, semua view seperti Gunung Sindoro, Prau, Slamet terlihat jelas tanpa awan menutupi sedikitpun. Tidak henti-hentinya saya merasa takjub pada karya dan keajaiban yang Tuhan berikan pada kami. Setelah break dan menikmati pemandangan dari puncak kami mulai perjalanan turun pukul 09.00

Puncak Rajawali


View kawah dari puncak Rajawali
Saat perjalanan turun ada beberapa rombongan pendaki yang kami jumpai hendak summit, kami beri saja semangat, ngga php kok hehehe 😂 kami berpisah dengan dua pendaki Solo di jalur menuju Kalingkrik, mereka berbelok menanjak ke kanan dan kami lurus menyusuri segoro banjaran. Terlihat pendaki yang mendirikan tenda di segoro banjaran juga bekemas hendak turun.




Sekitar 1,5 jam kemudian yaitu pukul 10.30 saya sampai kembali menuju pos 4. Kami segera memasak dan packing untuk turun ke basecamp.

12.30-16.00
Selesai makan dan membereskan semua peralatan kami memulai perjalanan turun, melewati watu ondho kembali, jadi PR banget buat saya yang awam tali-talian 😂

Persiapan turun
Alhamdulillah perjalanan cukup lancar dan cuaca cerah sampai kami sampai di pos 0. Sepanjang perjalanan saya sangat santai sambil mendengarkan musik melewati eskalator Banaran bahkan sempat ngeteh di kedai kopi Gane Sari 😁. Sesampainya di pos 0 kami menelepon pihak basecamp untuk menjemput kami dengan ojek, dengan sigap driver andalan Banaran pun menghampiri kami dan membawa kami ke basecamp. FYI, ojek turun gunung ini tidak kalah ngeri dengan saat naik kemarin 😂

Dong Banger
Sesampainya di basecamp, kami kembali disuguhi teh hangat yang menambah cita rasa pendakian semakin menyenangkan, pihak basecamp dengan cepat menghitung berapa pendaki yang sampai dan memberikan teh hangat. Well, pertahankan kakak-kakak BC Banaran saya saluuuuttt 👏
Setelah bersantai dan membersihkan diri, kami menutup registrasi dengan check out dan mengambil kartu identitas. Pukul 17.30 kami berpamitan dengan pihak basecamp dan melaju pulang ke Jogja, disambut hujan di Magelang kami sampai di rumah pukul 20.00 rasa lelah dan penasaran terbayar lunas. Alhamdulillah, terimakasih untuk Allah SWT yang selalu baik pada kami, pihak basecamp Banaran dan semua pendaki maupun warga yang kami temui. Sampai Jumpa 😄

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe