Pendakian Gunung Batur via Culali

September 01, 2021

Heal the world..

Lekas sembuh dunia dan semua yang ada didalamnya. Pada masa ppkm ini saya akan menceritakan perjalanan pendakian salah satu gunung yang sangat cantik di Bali, yaitu Gunung Batur. Gunung Batur mempunyai ketinggian 1717 m (5633 ft) dan merupakan gunung berapi yang masih aktif. Gunung Batur terletak di Kec. Kintamani, Kab. Bangli Bali. Merupakan rencana yang cukup mendadak untuk mendaki ketika saya dan teman-teman berada di Bali 28 Agustus 2021. Saya, Mbak Winda, Mas Basit, dan Mbak Merry memulai perjalanan dari peraduan di Denpasar Selatan sore hari pukul 15.00. Rencana awal hanya akan camping ceria di sekitar lereng Gunung Batur. Tapi yaa, apa yang kita inginkan kadang datang lebih cepat, WKWK. Kami menyewa peralatan camping di daerah Renon, usai mengambil peralatan, kami gas tipis tipis menuju tempat perkemahan di lereng Gunung Batur. Perjalanan cukup lancar menggunakan gps. Sampai sebelum parkiran pendakian Gn. Batur, kami berada di titik menuju lokasi camp dan saat itu suasananya sangat sepi. Kami menelepon pengelola camp pun belum mendapat jawaban, akhirnya kami mencoba untuk naik menuju parkiran dan memikirkan langkah selanjutnya untuk camp dimana.

Pukul 18.00 WITA matahari belum terbenam seluruhnya, kami sampai di titik awal pendakian Gn. Batur, kami bersama rombongan dari Denpasar yang bernama Mas Erick dkk. Karena kami tidak memiliki banyak pilihan, akhirnya kami memutuskan untuk mendaki malam itu juga bersama rombongan Mas Erick. Padahal saat itu kami tidak membawa kelengkapan pendakian malam seperti senter/headlamp. Dengan terpaksa kami menggunakan senter handphone untuk menerabas gelap malam Gn. Batur. Setelah cukup breafing, istirahat dan sebagainya kami memulai pendakian pukul 19.00 WITA. Ada dua jalur yang bisa dipilih untuk mendaki Gn. Batur melalui titik ini, yaitu jalur Pura Pasar Agung dan jalur Culali. Perbedaan kedua jalur tersebut adalah jalur pura bisa lebih cepat sampai ke puncak, tapi tidak ada camp ground. Sedangkan jalur Culali memakan waktu yang lebih lama untuk sampai ke puncak karena merupakan jalur terpanjang Gn. Batur (mencapai 13km) tapi cukup rekomended untuk mendirikan tenda di camp groundnya. 

Kami berjalan santai, sambil berbincang-bincang dan sepanjang jalan ditemani dua anjing yang mengikuti perjalanan kami sedari bawah tadi. Jalur awal adalah aspal kemudian belok kiri menuju arah Pura Pasar Agung, disamping pura terdapat jalur menanjak keatas dan jalur ke kiri, karena kami akan menginap di camp ground jadi kami mengambil jalur kiri atau Culali. Lepas dari pura, kami disuguhkan trek yang lumayan harus diperhitungkan. Bebatuan labil siap kami tapaki sepanjang jalur ini sampai sebelum area camp. Gunung Batur dengan ketinggian 1717 ini benar-benar tidak sepele. Hampir tidak ada bonus sama sekali dan jalurnya menanjak sekitar 60 derajat. Vegetasi pun terbuka, jalur ini seperti bekas erupsi karena bebatuan yang kami lintasi sangat rapuh. 

Setapak demi setapak kami berjalan beriringan. Menengok ke belakang lampu kota, perbukitan dan tentu saja danau batur menemani perjalanan kami dimalam itu. Sepanjang jalur tidak ada keterangan pos-pos seperti gunung lain pada umumnya. Patokan jalur sejauh ini hanya batas vegetasi dan sabana. Estimasi perjalanan menuju camp ground menurut Mas Erick adalah 1,5 jam. Faktanya kami yang berjalan kesana kemari dan tertawa menghabiskan waktu 2 jam sampai camp WKWK anggaplah menikmati perjalanan. 2/3 jalur berupa bebatuan labil, selanjutnya sesekali kita akan bertemu bebatuan yang cukup solid dan menuju arah camp ground jalur mulai berpasir dan menanjak. Sampai terlihat sabana yang cukup luas, kami mencari tempat camp untuk beristirahat malam ini.

Awalnya kami membuka tenda ditempat cukup terbuka, namun angin berhembus sangat kencang sampai-sampai layer tenda harus dipegang agar tidak terbang ✋ rombongan Mas Erick menyusul kami dan menyarankan kami camp ditempat yang tertutup perbukitan. Kami mengikuti saran mereka dan membangun tenda ditempat yang lebih baik dari sebelumnya. 2 ekor anjing pun masih mengikuti kami sampai sekarang. Hmmm apa kalian tida cape? 👼 Setelah beres membuat tenda kami memasak makan malam dan beristirahat.

Pagi hari sekitar pukul 06.00 matahari belum sepenuhnya bersinar. Tanpa sarapan terlebih dahulu, kami berangkat menuju puncak yang katanya cuma memakan waktu 30 menit. Mari kita buktikan WKWK. Jalur yang dilewati ternyata diluar ekspektasi, usai menyusuri 2 bukit sabana jalur berubah menjadi sangat ekstrim. Di beberapa trek bahkan harus sedikit memanjat karena jalur berikutnya yang tinggi yang membuat kami menjadi cukup tremor. Salah pilih jalur kita bisa membuat atraksi seperti kambing gunung, hiks. Kami bertemu beberapa rombongan pendaki mancanegara bersama guide mereka yang sudah terlebih dulu summit untuk mengejar sunrise. Oh ya, karena jalur Culali ini melewati sisi barat Gn. Batur, jadi kita harus berjalan lebih pagi ke puncak jika ingin mendapatkan sunrise. Hampir satu jam lamanya barulah kami sampai di puncak Gn. Batur yang anginnya pun tak kalah mobat-mabit sampai menerbangkan topi. Sesekali kami jongkok disamping batu di puncak untuk menghindari tiupan angin yang kencang. Dari puncak terlihat danau batur yang terhampar luas, pegunungan sekitar, Gunung Abang, bahkan bekas aliran lava erupsi Gunung Batur beberapa tahun yang lalu. Jalur di puncak cukup sempit hanya bisa dilewati satu orang secara bergantian. Untuk menuju puncak dari jalur pendakian Pura Pasar Agung, kita bisa berjalan kearah timur sekitar 30 menit.

Cukup lama di puncak kami mulai perjalanan turun, saya pikir perjalanan turun akan menakutkan, ternyata ya memang WKWK. Tapi bisa diakali dengan perosotan, karena berani kotor itu baik ✌ setelah melewati turunan yang ekstrim tadi kami lega saat sampai di sabana. Huft. Tidak sia-sia dilatih kemproh sejak dini 😂 sesampainya di tenda kami menyiapkan sarapan untuk bekal perjalanan turun nanti.

Sekitar pukul 09.00 pagi kami mulai perjalanan turun, langit cerah bulan Agustus membuat seluruh landscape yang mengitari gunung batur terlihat jelas. Danau tosca yang luas dan hamparan pegunungan sekitar menjadi perpaduan yang cocok menemani perjalanan kami pagi ini. Jadi, kapan kesini? Skip. Sekilas pemandangan ini nampak seperti gunung rinjani dengan danau segara anaknya. Menuruni trek pasir, tentu lebih menyenangkan daripada saat naik, kita bisa berjalan sambil berseluncur. Pura Pasar Agung yang semalam tak nampak pun terlihat jelas menjadi patokan perjalanan kami. Cantik, seperti kita dimata orang yang tepat. Eh gimana. Bagian yang lumayan sulit saat menuruni jalur Culali ini adalah di trek bebatuannya yang rapuh. So, stay safe, stay strong, stay with me. Kami sampai di Pura Pasar Agung sekitar satu jam kemudian. 

Sekian, nanti kita jalan bareng lagi. Aamiin.

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe