Pendakian Gunung Prau via Wates

May 16, 2021

Gunung Prau, salah satu gunung dengan sunrise terbaik di Jawa Tengah yang backgroundnya seperti label air minum favorit masyarakat. Aquaman

Sabtu, 15 Mei 2021 masih dalam rangka libur lebaran yang amat singkat, saya dan tim yang terdiri dari Devi dan Hari merencanakan pendakian ke Gunung Prau via Wates. Jalur yang kami pilih merupakan yang paling dekat dari Jogja ((faktanya sama saja)) ☺ jalur Wates ini belum sepopuler Patak Banteng yang menjadi primadona pendakian Prau dengan jalurnya yang mudah diakses karena berada di tepi jalan raya Dieng. Basecamp Wates berada di Gejungan, Wates, Wonoboyo Kab. Temanggung. Akses yang saya rekomendasikan menuju basecamp adalah melalui Kejajar Wonosobo, karena melalui Temanggung aksesnya cukup sulit dan berbahaya dengan jalur perbukitan yang curam. Pukul 12.00 siang hari yang kentang-kentang kami memulai perjalanan menuju Temanggung berdasarkan gps. Sampai di daerah Wonoboyo pukul 15.00 kami berhenti karena hujan turun, pertama hujan gerimis kemudian hujan deras sampai membuat saya insecure WKWK. Cukup lama menunggu kami melanjutkan perjalanan melewati rute yang cukup menguji mental, jalanan di sekitar Cemoro Wonoboyo yang sempit dengan tanjakan dan turunan ekstrim membuat kami istighfar saat berpapasan dengan kendaraan lain ((apalagi truk dan tayo)). Sekitar 30 menit meliuk-liuk seperti jalan hidup, kami sampai basecamp Wates dalam keadaan cuaca mendung pekat. Ada sekitar 50 motor yang sudah terparkir dengan helm-helm yang ditutup dengan plastik untuk melindungi dari hujan. Persyaratan mendaki Gunung Prau di era pandemi yang ora uwis-uwis ini adalah dengan membawa surat keterangan sehat dan hand sanitizer. Harga tiket pendakian Gn. Prau per 15 Mei 2021 Rp. 25.000 terdiri dari tiket Rp. 15.000 dan asuransi Rp. 10.000, sedangkan parkir roda dua per motor Rp. 5.000.

Basecamp - Gerbang Pendakian (Pos 1)

Dari basecamp menuju pos 1 melewati pemukiman dan ladang penduduk. Menurut saya ini yang paling berat WKWK. Tersedia jasa ojek dengan tarif Rp. 25.000 dan ini cukup worth it, selain menghemat tenaga juga berkontribusi untuk pemasukan warga sekitar. Motor yang digunakan pun semua sama, kata mas-mas driver cuma motor itu yang sanggup melaju sampai pos 1. Wajar memang, dengan jalan securam itu. 1/3 jalur melewati pemukiman kemudian masuk area ladang penduduk dengan komoditi kentang, kol, cabai, dan daun bawang. Pukul 16.45 kami sampai di pos 1 yang diberi nama Blumbang Kodok. 

Pos 1 - Pos 2

Jalan berikutnya berupa tanah dan di beberapa tempat ada akar-akar pohon yang terbentuk alami menjadi tangga dijalur pendakian. Suasana hutan yang cukup asri ditambah mendung yang sedari tadi menaungi menambah vibes pendakian ini terasa lengkap. Jarak antar pos di jalur Wates ini tidak jauh, dan banyak juga bonus jalan landai, sangat cocok untuk pemula. Kami tidak bertemu satupun rombongan pendaki saat ini, mungkin mereka sudah duluan atau ada yang masih di belakang kami. Sekitar 40 menit kemudian kami sampai di pos 2 Cemaran dengan ketinggian 2122 mdpl. Di setiap pos ditempel spanduk dengan tulisan "selalu pakai masker dan jaga jarak" karena kita cuma friendzone. Kami beristirahat sebentar sambil menunggu adzan maghrib selesai. 

Pos 2 - Pos 3

Hari sudah mulai malam ditambah dengan cuaca mendung membuat keadaan hutan semakin gelap, kami mulai berjalan sambil menyalakan senter. Jalur menuju pos 3 lebih banyak landai daripada saat menuju pos 2. Yaa walaupun selandai-landainya gunung pasti tetap menanjak seperti sekuat apapun kamu menjaga......... skip tidak jelas. Tidak jauh dari pos 2 kami sampai di Taman Suropati. Disini ada tulisan dilarang camp. Untuk alasannya apa saya belum sempat mencari tahu. Vegetasi hutan cukup rapat ditambah beberapa pohon besar ditumbuhi lumut. Kami lanjut saja perjalanan menuju pos 3. Rencananya akan beristirahat sebentar disana. 30 menit berjalan kami sampai di pos 3 Sudung Dewo dengan ketinggian 2375 mdpl, disini area camp luas dan terlindung dari angin. Ada beberapa pohon cemara tumbuh berjarak menambah suasana camp semakin asik. Pos 3 bisa menampung lebih dari 20 tenda. 

Pos 3 - Bukit Rindu

Setelah cukup lama beristirahat kami melanjutkan perjalanan, selepas pos 3 kami langsung disuguhkan tangga yang terbuat dari tanah dan dibatasi bambu yang diberi nama tangga cinta, jalur mulai keluar dari hutan dan melipir disamping perbukitan. Kami bertemu satu rombongan pendaki disini. Langit cukup cerah dihiasi banyak bintang. Sekitar 30 menit berjalan kami sampai di pertigaan menuju puncak dan bukit rindu. Bukit rindu direkomendasikan karena bisa melihat Sindoro dan Sumbing lebih dekat. Tapi tujuan kami adalah puncak. Jalan kembali memasuki vegetasi cukup rapat tapi tidak lama setelahnya kami sampai di sebuah sabana yang tertutup perbukitan. 

Bukit Rindu -  Puncak

Jalur melipir perbukitan berakhir, kami melewati sabana yang sangat luas dan berbukit-bukit. Menunjukkan bahwa memang Gn. Prau berada dibatas empat kabupaten sekaligus. Samar-samar mulai terlihat tenda warna-warni di berbagai tempat. Ada yang di plawangan, dipuncak patak banteng, dan sepanjang perbukitan yang sekiranya bisa ditempati. Kami menikmati perjalanan sambil mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Bunga daisy disepanjang jalan dan taburan bintang diatas kepala. What a view! Kami memilih lokasi di sunrise camp, sesampainya disana kami mendirikan tenda dan masak-masak kecil untuk makan malam.

Pagi harinya, seperti janji matahari yang akan selalu kembali. Aseeek. Pukul 05.40 langit sedang cantik-cantiknya dengan sunrise yang ditunggu banyak pendaki disini. Ada yang membuat video cinematic, konten dan story wa yang kamu nomerku pun tidak punya. HEI FOKUS. Kami berjalan menuju puncak patak banteng 2565 mdpl dan melihat-lihat keadaan disana. Di dekat puncak terdapat shelter emergency dan mushola. Shelter, semoga kalian tidak perlu masuk kedalamnya. Mushola, semoga sering dikunjungi. Kami lanjut menyiapkan sarapan dan mulai beres-beres karena rencananya akan turun jam 8 pagi. 

Selesai bongkar tenda saat matahari sedang hangat, kami memulai perjalanan turun. Saya merasa lebih asik karena bisa menikmati view yang jika malam hari tidak terlihat. Di setiap pos kami berhenti untuk istirahat dan santuy. Perjalanan terasa sangat menyenangkan sampai selepas pos 1. Menuruni ladang penduduk dan perkampungan seakan tiada habisnya. Pukul 10.45 kami sampai di basecamp dan mengambil identitas yang dititipkan. Setelah beristirahat sebentar pukul 11.30 kami mulai perjalanan pulang menuju Jogja. Jalur yang kami lalui saat pulang adalah Kejajar Wonosobo, sungguh terasa lebih aman! Tidak banyak tanjakan yang harus dilewati. Rute ini menuju pasar Kejajar, kemudian kami belok kiri mengambil rute Kertek - Parakan - Secang. 

Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya, denganmu ya?

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe