Pendakian Gunung Bismo via Sikunang

November 28, 2020

Gunung Bismo, yang merupakan salah satu dari deretan pegunungan yang berada di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Gunung Bismo memiliki ketinggian 2365 mdpl, 11:12 dengan sikunir yang juga berada di sebelahnya. Untuk mencapai gunung Bismo, ada 4 jalur yang bisa dilewati, saya dan tim memilihmu eh memilih jalur Sikunang yang merupakan jalur tercepat menuju puncak Bismo. Berdasarkan warlok dan mas2 basecamp yang baik hati dan mencintai aku apa adanya, perjalanan dari basecamp menuju puncak Bismo bisa ditempuh dalam waktu maksimal 2 jam (jalan santai). Jadi mau mendaki apa jalan santai sih? Eh canda. Canda tawa. Bhay.

.....

Saya dan tim berangkat dari Jogja sekitar pukul 19.00 melewati Kledung Pass yang dinginnya mirip dua sejoli after musuhan. Kemudian kami melewati kertek dan menuju Jl. Dieng yang berliku-liku seperti kehidupanmu, eh.

Entah kenapa, Dieng malam itu begitu sunyi, selain karena sehabis hujan, mungkin karena disampingku kabut, bukan kompor gas 😳 hmmm garing. Oke menuju desa Sikunang, hampir semua swalayan sudah tutup karena sudah diatas jam 21.00, sambil berjalan saya mencari-cari warung yang masih buka, antisipasi seandainya di sekitar basecamp tidak ada penjual makanan. Lebih baik over logistik daripada kekurangan yang nantinya juga merepotkan kita sendiri. Ututututu, sobijak. Dapatlah saya sebuah warung, yang ibunya jutek sekali bagaikan saya ada salah sama anaknya 😥 segera kami membeli logistik sesuai keperluan masing-masing dan melanjutkan perjalanan ke barat.

Sepanjang perjalanan kami melewati beberapa basecamp gunung lain seperti Pakuwaja dan Prau, tapi tujuanku tetap satu itu kamu bismo, versi anak indie, Bismo memanggil dan aku harus kesana 😳 pukul 23.00 sampailah di desa Sikunang, basecamp berada di sebuah bangunan tepat sebelum gapura masuk desa Sikunang, dan berada persis setelah PT Geodipa Energi Dieng. Setelah sempat kebingungan mencari basecamp karena tersamarkan oleh bayanganmu, kami bertemu dengan penjaga basecamp, kami diajak registrasi dan beristirahat. Basecamp Sikunang ini cukup luas, ada shelter tempat pendaki beristirahat dan tempat masak, juga kamar mandi didalam dan diluar basecamp. Tiket pendakian Gn Bismo per orang pada era new normal ini adalah 25.000 (exclude parkir kendaraan). Syarat lain pendakian Gunung Bismo adalah harus menyertakan surat keterangan sehat dan membawa fotocopy identitas diri.

Basecamp Gn. Bismo

Fyi, jika kalian berniat menginap di basecamp usahakan tetap membawa sleeping bag, karena dinginnya gak main-main brou, malam itu suhu mencapai 11 derajat, hmmm air menjadi sesejuk itu apalagi ditambah marimas atau nutrisari. skip.

Kami bersama rombongan dari Jakarta yang juga menginap di basecamp. Saya yang kesusahan tidur karena suhu yang dingin, beberapa kali mengecek hape untuk memastikan notif darimu pagi segera datang dan perjalanan lekas dimulai. 

Pukul 04.00 setelah adzan subuh berkumandang lalu kamu kepanasan, mmm -.- beberapa rombongan pendaki lain juga berdatangan, mereka berniat mengejar sunrise, ingin rasa hati ikut tapi adek tak mampu menahan dingin ini bwaaang! Jam 06.00 pagi, kami memulai perjalanan. Jalur yang dilalui pertama-tama adalah pemukiman warga, petunjuk arah bertuliskan bisma cukup jelas terpasang disetiap persimpangan jalan yang sulit kupilih ((b e r n a d a)). Selepas pemukiman kami menemukan jembatan yang berada diantara ladang. Ladang disini terlihat sangat luas dengan komoditi kentang yang melimpah. Hampir setengah jalur dari Gn. Bismo ini berupa ladang, kemudian setengahnya lagi hutan yang tidak terlalu rapat. Setelah berjalan 20 menit, kami sampai di pos 1. Di pos 1 ini terdapat empat percabangan, ke kiri satu jalur dan ke kanan ada tiga jalur, pilih jalur di kanan yang paling mepet dengan ladang, karena kami sempat tersesat dan justru berbalik arah menuju ladang sebelum pos 1 tadi. 

Pukul 06.30 kami melanjutkan perjalanan, jalur yang dilalui masih sama, berada di tengah-tengah ladang penduduk, namun menuju pos 2 ini jalur lebih menanjak daripada sebelumnya.  Hati-hati terutama ketika hujan, karena jalan akan berubah menjadi cukup licin, dan di ladang seperti ini hampir tidak ada tempat yang digunakan untuk berteduh. Sekitar 20 menit kemudian, kami sampai di pos 2. Ditandai dengan sebuah plang dan tentu saja masih dikelilingi kentang yang akan kamu makan menjadi perkedel atau keripik 😁

hehe

Menuju pos 3 vegetasi mulai berubah, ujung ladang mulai terlihat dan memasuki area hutan yang cukup terbuka, di bagian ini dibuat anak tangga dari kayu, untuk memudahkan pendaki agar tidak terpeleset. Walaupun anak tangganya besar-besar untuk dijangkau kaki kecil ini 😦 di pertengahan jalan menuju pos 3 kami bertemu sebuah warung milik Pak Yaskur, beliau sangat ramah, tidak usah sungkan untuk mampir walau kamu cuma beli teh panas seharga iloveyou 3.000 atau bahkan cuma ingin cangkruk saja, beliau dengan senang hati menyambut setiap pendaki yang datang ke warungnya. Tidak berselang lama, terlihat plang pos 3 diatas sana, kami meneruskan perjalanan setelah pamit kepada Pak Yaskur. 

Seusai pos 3, sekitar 10 menit berjalan tampak camp area disisi kanan jalur yang muat sampai 3 tenda ukuran sedang, berjalan naik sedikit puncak pertama bernama puncak tugel dengan ketinggian 2332 mdpl sudah menyambut kami. Dilarang camp di puncak. Plakat yang juga kami temui di sebelahmunya. Berjalan menyusuri puncak dengan sisi kiri dan kanan jurang, kami sampai di puncak kedua bernama puncak nemu-nemu dengan ketinggian 2348 mdpl. Di Gunung Bismo ini terdapat 5 puncak, namun dari jalur Sikunang  sendiri, puncak utama adalah puncak ketiga yang saya sedang otw banter ra nganggo helm WKWK.

Jarak antara puncak 2 dan puncak 3 lebih jauh dari sebelumnya (mergo aku kesel ae) 😂 di pertengahan jalan terdapat camp area yang cukup luas, bisa muat lebih dari 15 tenda, cukup worth it untuk camping disini karena lokasinya yang lumayan tertutup dan su dekat dengan puncak 😍 Tak berapa lama kami sampai di puncak ketiga bernama puncak indraprasta dengan ketinggian final 2365 mdpl. Yeeeeeeey! 🙋 di puncak kami bertemu dua orang dari jalur Pulosari, yang katanya menempuh 3,5 jam untuk sampai disini. Hmmm menarik, next kita coba, yha denganmu 😳 dari puncak terlihat pemandangan pemukiman Dieng yang diapit perbukitan Bismo yang ternyata seluas ini! Pantas dari jalur lain memakan waktu yang cukup lama. 

Puncak Bismo

Sekitar 1 jam berada di puncak untuk sekedar cangkruk dan cari kenalan. Kami turun sekitar pukul 08.30. Pendakian kali ini cukup sepi, kami hanya bertemu total 5 rombongan saat naik ataupun turun. Mungkin karena cuaca sedang kurang baik, tapi kabarmu jangan. Kami sampai kembali di basecamp sekitar pukul 10.00 pagi, cukup pagi untuk pulang. Naik lagi jangan? WKWK 😂 kami lanjut membersihkan diri dan ngobrol-ngobrol lucu dengan petugas basecamp. Saya sempat menanyakan kenapa ada larangan memakai baju kuning untuk mendaki Bismo ini, tapi jawaban yang saya dapat itu aturan dari warga Desa Sikunang, ooo saya mengiyakan dengan penuh tanya 😕 tidak lama setelah itu kami otw pulang ke Jogja dan disambut hujan deras di daerah Tambi, wah terimakasih Wonosobo! Aku suka alammu, hujanmu, kabut pekat dan wargamu! Sekian sampai jumpa 😄

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe