Solo Hiking; Gunung Andong

January 19, 2020

Gunung Andong
Solo Hiking, apa yang terbesit dalam otakku ketika memutuskan untuk pergi mendaki sendiri? Apakah kesurupan? Mau cari ilmu hitam? wkwk tentu tidak, kadang kita butuh waktu untuk berdialog dengan diri sendiri, bertanya "maunya apa?" sedangkan jalan ke depan masih abu-abu, seperti janji, wuih udah khatam soal janji. skip. Gunung Andong yang menjadi destinasi solo hikingku pertama kali, tidak menyepelekkan dan rendah diri juga, bersikap biasa-biasa saja itu perlu. Satu minggu sebelumnya aku memantau cuaca di gunung andong lewat aplikasi freemeteo, aplikasi yang cukup akurat tentang detail jam perubahan cuaca, ah aku cinta freemeteo! Tapi apakah freemeteo juga mencintaiku? WKWK pertanyaan bodoh.
Saya pernah membaca tips-tips mendaki sendirian, tidak dianjurkan untuk pemula, bukan merasa senior juga gan, tapi paling tidak sudah pernah beberapa kali mendaki gunung tersebut, tau kapasitas diri sendiri, dan mengerti medan, pastikan juga cuaca mendukung, perbekalan harus sesuai dengan kebutuhan dirimu sendiri, kalo saya pribadi jangan lupa sarapan, paling tidak ya dengan minum makanan bergizi. Ketika memutuskan untuk tektok gunung andong, apa saja sih yang saya butuhkan? Air putih, segala bentuk air bisa jadi opsi, karena kadang saya butuh yang manis-manis tapi senyummu jauh sekali wkwk jadi bisa lah air minum dengan rasa-rasa, yang penting tidak membuat pahit (read: kadang di beberapa orang air putih terasa pahit) lalu snack secukupnya, syukur-syukur kalo lebih bisa dibagi kepada orang yang membutuhkan. Jangan lupa juga untuk membawa obat-obatan pribadi dan jas hujan, karena seakurat apapun prakiraan cuaca alam tidak bisa ditebak gan, seperti titik-titik dibawah ini
...............................................
Baiklah kembali ke Gunung Andong, mungkin sebagian dari kalian pembaca tulisan ini akan bergumam "halah aku juga berani" sah-sah saja berpendapat, tapi aku tidak senekat Bang Acentris yang pernah solo hiking di Gunung Lawu via Candi Ceto, up masih diluar jangkauan ✌
Ibarat kartun Bang Acen sudah menjadi Naruto sedangkan aku chibi maruko chan :(
Solo hiking, kenapa? Karena lelah, loh lelah kok malah mendaki yang jelas-jelas bikin makin capek, jadi salah satu alasan terbesar saya mendaki adalah di gunung saya menemukan kesulitan-kesulitan yang tidak saya temukan di kota, didalam keseharian saya, jadi saya merasa masalah yang saya hadapi di kota tidak sebanding dengan penderitaan di gunung, yang tiba-tiba bisa terjadi hujan badai, petir, atau muncul Digo ganteng-ganteng serigala, itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih bersyukur setelah turun dari gunung. Juga kulak oksigen di hutan untuk menghadapi asap-asap rokok kalian yang setiap hari mengepung ruangan kerja itu :(
Gerbang Desa Sawit
Minggu 19 Januari 2020
Saya berangkat dari Jogja sekitar pukul 05.15 mampir dulu beli logistik di indomaret tercinta, saya membeli roti, snack, minuman kacang hijau dan air putih. Setelah itu saya dan Alex (nama motor) menuju basecamp Gunung Andong via Sawit Magelang, saya melewati jalan kopeng dan ternyata pagi-pagi begini dingin sekali gan! Dan saya hanya memakai hoodie, bukan jaket gunung jangan ditiru. Setelah melewati jalan kopeng ikuti terus saja sampai bertemu dengan pasar Ngablak, saya kemudian ambil arah pasar Ngablak belok kiri lurus wae 😆 semacam lagu. Akan ada pertigaan jika ke kiri menuju basecamp sawit jika lurus akan sampai di basecamp Gogik dan Pendem. Karena saya sendiri jadilah saya ambil jalur yang familiar untuk saya, lewat Sawit yang jalannnya diaspal halus seperti tutur katamu :( sampai di basecamp, ada banyak yang berubah, pendaftaran dilakukan dijalan depan, tarif pendakian gunung Andong 19 Januari 2020 Rp. 17.000 termasuk parkir motor. Setelah bertegur sapa dengan orang-orang saya mulai mendaki pada pukul 07.30, udara yang sangat segar yang saya rindukan, pepohonan hijau, langit biru sebiru hatiku dan aroma khas ladang yang selalu membuat saya kembali dan kembali mendaki.
Pagi ini Gunung Andong cukup ramai, tapi kebanyakan mereka sudah camp di puncak sejak semalam. Memasuki gerbang, pengecekan tiket pindah di loket sebelum tangga awal pendakian Gunung Andong. Sambil mendengarkan lagu-lagu indiego saya berjalan santai saja, saya tidak mematok target dalam solo hiking ini, saya ingin menikmati perjalanan walaupun ya tetep setel aplikasi Endomondo untuk tau berapa kapasitas saya sekarang. Kurang dari 5 menit berjalan, akan ada percabangan jalur lama dan jalur baru, saya memilih jalur lama, karena saya lebih nyaman dan lebih ramai, nanti kalo sendiri lewat jalur baru kalo ilang ngga ada yang nemu :(
Persimpangan
Tidak jauh dari pertigaan sampailah di pos 1, pos yang sekarang diramaikan dengan adanya warung dan toilet. Tarif Rp. 3.000 wkwk. Jaga kebersihan ya gan, karena kebersihan sebagian dari iman 👳
Pos 1
Perjalanan masih sangat santai, nampaknya saya akan menyukai solo hiking setelah ini 😂 sekitar 10 menit berjalan sampailah di pos 2. Pos ini juga terdapat warung dan toilet, wah warga disini sungguh-sungguh membangun fasilitas di Andong, segan! Banyak juga pendaki yang sudah turun pagi ini, ada yang anak-anak, remaja tanggung, bapak-bapak ibu-ibu siapa yang punya anak. skip. Akan ada 3 pos di gunung andong ini, jalur masih sama seperti yang dulu menunggumu sampai akhir hidupku, duh maaf gan selingan 💃
Pos 2
Sepanjang jalan ini saya melihat jalur cukup bersih tidak ada sampah-sampah sekecil permen, bagus anak muda lanjutkan untuk Indonesia yang budiman!
Mulai dari pos 2 tadi banyak muncul bunga-bunga yang menambah warna pada perjalanan ini dan membuatku segembira Hamtaro 🐾
Jalan masih terus menanjak rapi dengan bebatuan yang disusun menjadi anak tangga, sebenarnya saya lebih suka mendaki di jalur tanah, tapi untuk tanjakan sekelas kecil-kecil cabe rawit andong ini memang lebih baik dibuat tangga, bayangkan kalo tidak, bisa perosotan berjamaah 😂
Vegetasi mulai terbuka sampailah di bekas mata air yang beberapa waktu lalu terkena longsor, sehingga sekarang ditutup dan dipindah lebih keatas, tapi masih ditepi jalur. Sepanjang jalur usahakan selalu bertegur sapa, sekalipun kalian sangat introvert wkwk. Ada beberapa orang yang bertanya pada saya "Mbak sendiri aja?" ingin kujawab tidak Bu saya sama Raqib dan Atid (dalam hati). Ada juga yang berkomentar sendiri mbak? MANTAP! iya mas kalian juga mantap. Betapa kesendirian saya dalam pendakian kali ini  menjadi viral wkwk.
Mata air su dekat
Tidak jauh dari mata air saya sampai di pos 3, kini pos 3 ada ekstraknya gazebo kecil dan plang, lokasinya cukup terbuka dan sempit. Saya terus saja berjalan tipis-tipis sambil sesekali break duduk termenung bengong-bengong ayam dan menikmati cuaca cerah secerah masa depan 😁
Pos 3
Setelah hampir satu jam berjalan, bergumam, sambat dan menyemangati diri sendiri, jalur mulai berubah berupa tanah landai kesukaanku. Artinya sebentar lagi puncak! Ah aku ingin mie ayam bakso dan es teh! wkwk 🍜
Mendekati puncak banyak tenda yang sudah berdiri di dataran antara puncak andong dan makam, disini bisa digunakan sebagai camp area karena lokasinya lebih tertutup daripada di puncak. Satu jam berjalan, sampailah saya di puncak Andong dan lumayan ramai tapi tidak terlalu penuh dengan tenda mungkin karena sebagian sudah turun, jadi lumayanlah ada spot untuk ngegabut di puncak 😅 dua warung di puncak belum berpindah, hanya saja kamu yang berubah tidak ada Indomaret, bagaimana Indomaret apakah tertarik buka cabang disini? wkwk
Bawa turun sampahmu
Sekitar satu jam di puncak, cuaca masih sangat cerah terlihat gugusan pegunungan di Jawa Tengah; Merbabu, Merapi, Telomoyo, Ungaran, Sumbing, Sindoro bahkan rumahmu 😆 banyak pendaki yang mengisi waktu luang dengan bercanda, masak-masak, buang angin, buka tambal ban dan service kompor gas mending kalian cari lowongan kerja.
Cukup lama di puncak, menghirup udara yang tidak bisa ditemukan di kota, saya beranjak turun, karena biasanya diatas pukul 11.00 siang kabut sudah naik haji.
Saat turun tentu saja lebih gembira karena melihat orang-orang naik yang terlihat lelah dan begitu dengki pada orang yang turun 😂 kata-kata semangat mas mbak sebentar lagi adalah kunci.
Sambil ngeteh di pos 2 dan melihat orang hamockan dan ngobrol-ngobrol lucu dengan ibu pemilik warung, ada juga beberapa pendaki yang baru saja naik mereka terlihat membawa carrier besar, oh mungkin nanti siang di puncak ada festival.
Santuy
Saya turun santai dan sampai di basecamp kembali sekitar pukul 10.30, tidak berlama-lama saya langsung membawa Alex pulang karena perut sudah membutuhkan nasi dengan sayur dan lauk pauk (nasi padang juga boleh)
Sekian, sampai jumpa lagi di jalan panjang menuju langit biru tiba-tiba kulihat seorang anak perjalanan berikutnya..
Jangan bosan berjalan 😄
Pulang :(

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe