Pendakian Gunung Raung via Kalibaru

January 02, 2017

Happy Long Wekeend masyarakat Indonesia !!!! Sengaja nih akhir tahun 2016 aku ambil cuti buat naik gunung Raung di Banyuwangi Jawa Timur. Sekilas tentang Gunung Raung adalah gunung dengan trek terekstrim di Jawa :o duh jadi deg degan.
H-7 aku sudah mulai latihan fisik dengan jogging putar lapangan bola setidaknya 5x putaran setiap hari. Yhaa namanya pendaki, senior maupun pemula tidak ada yang paling hebat. So, latihan olahraga itu penting !
Hari Sabtu tanggal 24 Desember 2016, aku beserta teman teman dari berbagai wilayah nusantara -azg- memulai perjalanan kami. Dari Jakarta ada rombongan Mas Ngganyong, Mbak Tanty, Mas Anton, Taufik Abdul, Taufik Budi, Nizar, Mbak Erna, Cik Ella, dan Mbak Trias serta ada si putera daerah Minang bernama Berry. Sementara aku dan Ocik touchdown langsung ke stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Kereta berangkat pukul 07.15 dan sampai di stasiun Kalibaru Banyuwangi pukul 21.00. 
Sampai di Kalibaru kami segera mencari jodoh warung terdekat dan belanja logistik untuk pendakian esok hari.

Transportasi menuju basecamp kalibaru adalah dengan ojek 30 ribu rupiah. Sampai di basecamp sekitar pukul 22.00, dalam hati "kok nggak dingin, ketinggian berapa sih nih?". Yhaa, menurut informasi basecamp Bu Suto ini ada pada ketinggian 500 mdpl. Lalu aku membayangkan betapa jauhnya kami akan berjalan 4 hari kedepan. -Deg-
Di basecamp kami sudah disambut dua orang guide alias master tali talian yang ku sebut dia Mas Sulton dan Mas Sam (mirip David MTMA dah asli). Mereka yang akan menemani perjalanan hidup kami di Gunung Raung. Kami segera mandi, dan berkegiatan yang berguna bagi nusa dan bangsa dilanjutkan tidur.

Basecamp Bu Suto
Minggu, 25 Desember 2016
Pagi banget, pukul 05.00 kami terbangun dan sesegera mungkin mandi. Karena desas desus kita akan berangkat pagi banget. Setelah packing ulang dan sebagainya kami sarapan dengan nasi rames yang super enak made in Ibu Suto. Pukul 08.00 ojek sudah bersiap siap mengantar kami ke pos 1 atau pondok Bp. Sunarya (Jahhh kayak nama dosen eug). Ojek ini super super sekali mastah, dengan motor yang sudah disetting sedemikian rupa tarif 40rb mereka melaju bak motor trail padahal dengan trek yang mantap jiwa.
Perjalanan dari basecamp ke Pos 1 ini kalo dengan jalan kaki bisa menghabiskan waktu 3 jam tapi dengan ojek kita bisa lebih efisien cuma 30 menit saja :D

Sesampainya di Pos 1, kami bertegur sapa dengan keluarga Bp. Sunarya dan berfoto foto. Di sekitar rumah Bp. Sunarya ini ditanami pohon kopi yang sangat banyak.

Rumah Bp. Sunarya
Pukul 09.00 kami memulai perjalanan yang sesungguhnya, trek pertama adalah melewati ladang kopi yang luas sekali. Jalan masih cukup datar sehingga nafas masih bisa diatur dengan baik. Di jalan setelah kebun kopi akan ada pertigaan, jalur pendakian adalah berbelok kiri mengikuti aspal. 
Perjalanan berikutnya masih melewati ladang ladang dan sesekali terdengan gemercik air di kanan jalur. Dari jauh sana ada sungai yang mengalir. Namun di sepanjang Gunung Raung via Kalibaru ini tidak ada mata air, sehingga pendaki harus membawa persediaan air lebih. Tidak lama kemudian, kami mulai memasuki hutan dengan vegetasi yang sedang. Dengan ketinggian ini, kami masih banyak menemui pohon bambu yang membuat suasana hutan menjadi lebih gelap.

Menuju Camp 2
Perjalanan dari camp 1 menuju camp 2 adalah yang paling jauh. Memasuki setengah jalan, ada beberapa spot dimana pohon pohon bambu ditebang. Semakin ke atas, jalur semakin rapat. Sebagian dari rombongan kami telah sampai dahulu ke camp 2. Tidak lama kemudian muncul seorang pahlawan Bekasi, "Nizar" yang menyusul kami di belakang niat mau bantu bawa keril tapi nggak ada yang mau dibawain sama dia. Hahaha.
Pukul 13.00 kami sampai di camp 2. Camp 2 ini cukup luas dan bisa menampung sekitar 7 tenda, setelah camp 2 juga akan ada spot landai yang bisa digunakan untuk urgent camp.

Pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan, hawa hawa sudah berubah seperti akan turun hujan. Trek menuju camp 3 ini sudah mulai bervariasi, ada beberapa tanjakan dan banyak pohon berduri. FYI, sebaiknya pakai baju dan celana panjang supaya tidak terkena panah duri duri pohon karena sampai camp 4 vegetasi akan terus begini.

Sore mulai menjelang, pukul 15.00 kami sampai di camp 3. Camp 3 adalah area cukup luas yang bisa menampung 5 tenda ukuran sedang. Kami tidak lama break disini. Menuju pos 4, mulai banyak pohon pohon besar yang menaungi perjalanan dan hujan mulai turun. Beruntung pohon pohon ini bisa melindungi kami dari derasnya hujan sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Jalur selanjutnya masih dengan vegetasi yang sama, hanya pohon pohon bambu yang sebelumnya rapat mulai berkurang. Di sebelah kiri ada jurang yang cukup dalam jadi hati hati, sebaiknya perjalanan dilakukan siang hari agar lebih waspada.

Pukul 16.30 kami sampai di camp 4. Camp 4 ini adalah area panjang yang sedikit miring bisa digunakan untuk 6 tenda kapasitas sedang. Di tengah guyuran hujan yang semakin deras, kami segera mendirikan tenda dan memasang flysheet agar bisa beristirahat.

Senin, 26 Desember 2016
Pagi harinya, kami masak sarapan untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Menu pagi ini adalah nasi goreng, nugget, bakwan, dan bubur kacang ijo sekaligus untuk bekal makan siang nanti. Setelah beres dan selesai packing kami melanjutkan perjalanan pukul 11.00. Trek dari camp 4 ke camp 7 sudah mulai teratur (menanjak). Kami berjalan pelan saja, dan lagi lagi di lini belakang ada aku, Ocik, Nizar, dan Bang Sam. Jalur yang mulai menanjak membuat kami sering berhenti di spot spot yang indah. Seperti pohon tumbang, tanah sedikit lapang dsb. Sekitar pukul 12.30 kami sampai di camp 5. Camp 5 ini ditandai dengan plang Pataga tapi tidak terlalu luas hanya muat untuk 4 tenda saja. Kami berhenti sekitar 15 menit untuk sekedar bersua dan ngemil logistik yang ada.

Perjalanan berikutnya sesekali mulai terlihat cahaya matahari masuk dalam hutan yang kami lewati. Ada spot terbuka dimana kita bisa sekedar ngopi atau istirahat di tengah jalur menuju camp 6. Tanaman mulai bervariasi, terdapat juga pohon pinus yang menjadikan trek gunung Raung punya sensasi berbeda. Kami santai saja melewati camp demi camp. Sampai camp 6 sekitar pukul 14.00 kami break untuk makan siang nasi nugget yang terasa seperti steak sambil menikmati pemandangan sekitar yang mulai terbuka. Dari sini kita bisa melihat lautan awan dan hutan gunung Raung. 

Menuju camp 7, trek hampir sama. Di sebelah kiri jalur kita bisa melihat beberapa pegunungan yang mengitari Jawa bagian paling Timur ini. Sore semakin nyata menyambut kami yang masih saja berjalan mengitari punggungan Gunung Raung. Nampak dari jauh suara pendaki namun belum juga kami sampai di camp 7. Rasanya harapan harapan kian tumpah seiring terbenamnya matahari. Kali ini kami hanya bertemu satu rombongan dari Magelang, setelah hampir pukul 17.00 sore, akhirnya kami sampai di camp 7. Camp 7 ditandai dengan sebuah bangunan dari kayu. Camp ini memanjang bisa digunakan untuk 8 tenda. Dari sini kita bisa melihat matahari terbenam dengan sangat cantik. Berpadu dengan bukit bukit yang hijau serta siluet warna pertanda maghrib segera datang. Di area ini kita bisa melihat bukit bukit yang akan kita daki esok hari menuju batas vegetasi. Selesai membangun tenda, kami beristirahat untuk summit dini hari nanti.

Sunset Camp 7
Selasa, 27 Desember 2016
Pagi sekali, pagi itu alarm hape membangunkan tidur singkat kami. Pukul 02.00 kami bersiap siap untuk summit, membawa peralatan seperti tali webbing, carabiner dan figure eight untuk masing masing pendaki. Peralatan ini wajib karena untuk sampai puncak sejati kita harus menggunakan teknik rappelling dan jumaring. Pukul 02.30 kami memulai perjalanan summit, senter senter mulai menyala pertanda pergerakan kami dimulai. Trek di hadapan kami adalah melewati dua bukit yang menanjak terus. Suasana malam dan udara yang dingin membuat kami tidak bisa berhenti lama, mengatur nafas dengan baik sangat penting saat summit seperti ini. Beruntung pagi itu langit cerah sehingga lampu kota dan bintang di langit mempercantik perjalanan kami. Jalur seperti ini membuat kami harus berjalan satu persatu secara beriringan. Ada juga pohon tumbang yang membuat kami harus mencari jalan agar bisa melewatinya. 

Pukul 04.00 kami sampai di camp 8. Terdapat plang pada camp ini. Camp 8 tidak terlalu luas bisa untuk 3 tenda dengan keadaan sekitar masih di dalam vegetasi. Kami berhenti sejenak disini untuk menunggu teman lain yang belum sampai.
Sekitar 15 menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Senter senter mulai kalah dengan cahaya matahari yang mulai menembus vegetasi hutan. Perlahan warna oranye muncul pertanda matahari akan segera terbit. Jalur masih seperti sebelumnya. Belum terlihat tanda tanda vegetasi terbuka.
Pukul 05.00 kami sampai di camp 9, camp ini tidak cukup luas hanya bisa untuk 4 tenda. Disini kami briefing dan memasang tali webbing serta simulasi untuk pemanjatan nanti.

Sekitar pukul 06.00 kami melanjutkan perjalanan ke puncak bendera, dari camp 9 hanya sekitar 10 menit sesuai dengan berakhirnya batas vegetasi. Dari puncak bendera ini kita bisa melihat trek selanjutnya yang sangat tipis dan cukup membuat takjub. Dari sini kita dianjurkan untuk berjalan beriringan antara laki laki dan perempuan, agar bisa saling menjaga. 

Puncak Bendera
Summit attack dimulai !! 
Kami harus menuruni bukit berpasir dan berbatu terlebih dahulu untuk sampai pada titik tali temali 1. Disini peran Mas Sam dan Mas Sulton sangat penting, dari bawah Mas Sam membantu memasangkan carabiner kami pada karmantel sedangkan Mas Sulton membantu dari atas. Kami mulai memanjat satu per satu, aku yang sangat awam dengan tali talian ini mencoba seberani mungkin.
Setelah selesai, perjalanan kembali dilanjutkan kali ini menuju puncak 17, namun karena banyaknya personil jadi kami memilih melipir lewat bawah puncak 17 dengan bantuan tali pada carabiner kami. Teknik ini bisa dilakukan 1-2 orang. Kami saling menjaga dan diawasi guide super tersebut.

Antrian

Sebelum Rappelling
Setelah melewati puncak 17, kami dihadapkan pada jalan sempit dengan sisi kiri dan kanan jurang. Inilah yang disebut jembatan shiratal mustaqim. Pendaki harus waspada disini. Kami berjalan pelan saja dengan cukup hati hati. Aku kebetulan saat itu masuk kloter belakang menunggu antrian rappelling. Dari sini terlihat bebatuan menuju puncak raung yang ternyata sangat terjal dan panjang. Mental mulai down melihat puncak masih begitu jauh. Satu per satu mulai rappelling menuju trek puncak sejati. Disini, kita harus bersikap sopan dalam arti tidak sembarangan melangkah agar bebatuan tidak jatuh pada pendaki lain. Kita juga harus memperhatikan pijakan, karena tidak jarang ada beberapa batu yang rapuh sehingga dan tidak stabil.

Dari area summit ini terlihat puncak tusuk gigi menjulang dengan bebatuannya yang begitu tinggi. Tidak lama lagi kami akan sampai. Beberapa rombongan lain sudah mulai kepayahan mencapai puncak sejati. Tidak jauh dari puncak sejati ada batu yang membentuk goa kecil dan kita melewati jalur tersebut. FYI, hati hati saat ada pendaki lain yang menuruni puncak, sebaiknya bergantian agar batu tidak berjatuhan.
Setelah melewati goa, kami sampai di bebatuan dimana harus saling membantu untuk naik. Usahakan agar tidak berjalan sendiri agar bisa saling membantu.
Pukul 10.30 kami berhasil melewati cobaan cobaan jalur ekstrim tersebut. Sampailah kami di puncak sejati gunung Raung. Aku begitu bersyukur atas pencapaian ini. Dari puncak sejati, terlihat kaldera kering yang sangat besar. Dan trek yang kami lintasi tadi serta tampak beberapa gunung di sekitar Raung.

Puncak Sejati Raung
Kaldera Raung
Kami merencanakan turun secepatnya, pukul 12.00 kami mulai menuruni puncak. Dan ternyata trek pulang lebih ngeri daripada saat berangkat tadi. Ingat, tetap hati hati jangan terburu buru !
Dan benar saja, sampai di puncak bendera, hujan mulai mengguyur sehingga kami berjalan lebih cepat menuju camp 9 untuk berteduh. Sesampainya di camp 9 kami memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan ke camp 7 untuk bermalam lagi agar pagi harinya bisa turun ke basecamp.

Camp 7
-----------------------------------------------------------------------------

Rabu, 28 Desember 2016
Pukul 11.00 kami mulai perjalanan turun menuju Basecamp Bu Suto. Seperti biasa, kami berjalan di lini belakang, ada aku, Ocik, Taufik Abdul, Nizar, dan Mas Sam. Perjalanan turun ini alhamdulillah terasa lebih mudah dari yang kami bayangkan. Setelah sempat break di camp 4 pukul 14.00, kami sampai di pos 1 Pondok Pak Sunarya pada pukul 17.00. Dan ojek sudah siap menjemput kami menuju basecamp. Di rumah Pak Sunarya ini kita juga bisa membeli cindera mata seperti gantungan kunci, emblem, dan tentunya kopi Raung yang rasanya khas dan cuma ada disini. 
Demikianlah perjalanan kami mendaki Gunung Raung, Jawa Timur. See u on next trip and thankyoooou :)

Turun

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe