Penanggungan via Tamiajeng |
Surabaya Surabaya oh Surabaya, kota kenangan kota kenangan kota kenangan. Itulah sepenggal lagu yang terngiang-ngiang dikepala saya saat berada di stasiun Gubeng Surabaya. Menjelang Ramadhan tahun ini, saya ingin mencoba remedial gunung yang pada tahun 2017 saya tidak mencapai puncaknya karena dikejar UTS 😂 Gunung Penanggungan, yang berada di daerah Mojokerto dan Pasuruan Jawa Timur. Gunung yang ketinggiannya dibawah 2000 mdpl tapi tingkat kesulitan summitnya setara Gunung Sumbing. Pada hari Sabtu when anak muda lain satnight, saya berangkat menuju Surabaya dengan kereta pada pukul 18.28. Mumpung juga syarat perjalanan lebih mudah setelah vaksin minimal dosis 2. Dalam kereta ekonomi yang saya tumpangi, hanya terisi tidak sampai 50% dari kapasitasnya. Sepi, persis hati orang-orang galau.
Pukul 23.45 saya sampai di Stasiun Wonokromo, saya berhenti di stasiun ini dan menunggu guide menjemput WKWK bageur pisan, sudah jadi guide menjemput pula. Dia Mas Ainur, yang punya kandang ayam berjarak 30 menit dari rumahnya. Super aneh 😳. Kami berangkat menuju daerah Trawas Mojokerto melalui Sidoarjo diiringi gerimis dan aspal basah yang menandakan Surabaya sehabis hujan deras. Setelah mampir membeli logistik dan mengisi perut dengan pecel lele, saya melanjutkan perjalanan menuju basecamp Gunung Penanggungan. Kemudian sekitar pukul 02.00 pagi kami sampai di basecamp Tamiajeng dan cukup ramai, banyak motor terparkir. Biaya parkir per motor Rp. 10.000 (Maret 2022).
Pos Registrasi |
Saya berjalan menuju pos registrasi, biaya pendakian Gunung Penanggungan Rp. 10.000 / orang. Banyak juga yang datang ke basecamp sekedar ingin ngopi, senja, hayati. Jam 02.30 saya memulai perjalanan setelah packing padahal tidak bawa apa-apa 😂 saya berangkat bertiga bersama Mas Toni yang berasal dari Pasuruan. Oke kembali ke setelan pabrik.
02.30 - 03.01 (Pos 1 - Pos 2)
Di Jalur Tamiajeng ini, pos 1 merupakan pos registrasi. Jadi lumayan menjadi pencapaian untuk anak-anak mager, naik motor pun bisa sampai pos 1. Hehe ✌ dalam pendakian kali ini saya cukup berambisi untuk summit, kan ga lucu 2x kesini sampai puncak bayangan tok WKWK. Jalur berupa turunan yang didominasi dengan bebatuan. Nyaman sih berangkatnya, tapi pulangnya.. ya kalo jalan cepet lumayan mengkis dua 😆 sekitar 30 menit berjalan, tidak terasa kami sampai warung yang menandakan disitu pos 2. Saya break untuk melepas jaket karena tubuh sudah mulai panas 🔥.
03.11 - 03.28 (Pos 2 - Pos 3)
Jalur menuju pos 3 masih didominasi landai, hanya sedikit saja jalur yang sudah berbentuk anak tangga. Cuaca dini hari pun cukup mendukung. Perjalanan kami ditemani lampu kota dan bulan sabit. What a night menjelang subuh! Penanggungan ini, meskipun ketinggiannya hanya 1.653 mdpl, tapi start trekkingnya dimulai pada ketinggian 680 mdpl. Jadi kita akan mendaki sepanjang hampir 1 kilometer. Orang lawas seperti guide saya ini menyebut Gunung Penanggungan sebagai Gunung Pawitra.
City light, mana rumahmu? |
03.30 - 03.58 (Pos 3 - Pos 4)
Di pos 3 kami tidak berhenti lama, lanjut perjalanan dan kami mulai bertemu beberapa rombongan dari daerah sekitar Jawa Timur. Jogja mana suaranya?!?!?!?!?!? Aku dewe 😂 rapopo punk og. Jalur yang kita rindukan mulai tampak, tangga yang berupa tanah dan terkadang diselingi batu-batuan mulai kami lewati. Frekuensi berhenti untuk ambil nafas mulai sering saya lakukan 😂 ya tapi tim Jawa Timuran kali ini maklum. Dibelakang saya ada Mas Toni dan didepan ada si yang punya kandang ayam aneh tadi. Cukup lama dari pos 3, sekitar 38 menit kemudian kami melihat beberapa tenda dan shelter. Alhamdulillah pos 4. Ada sekitar 3 tenda yang camp disini. Ya kalau capek memang jangan dipaksa, koncone yo dipikir moaasss. 😂
Pos 4 |
04.03 - 04.42 (Pos 4 - Puncak Bayangan)
Lanjut menuju puncak bayangan, karena waktu sebentar lagi akan subuh. Jalur menuju puncak bayangan mulai ugal-ugalan dengan didominasi bebatuan. Untungnya ketika melihat belakang view kota cukup mengobati rasa lelah dan syukurnya kota tidak mati listrik 😆. Estimasi menuju puncak bayangan berdasarkan Mas Ainur 10 menit, segala yang kau ucap bohong lalu saya konfirmasi kepada Mas Toni, ya sekitar 30 menit, seingat saya dulu juga tidak secepat itu sampai puncak bayangan 😏. Dan benar, 35 menit berjalan kami sampai di kerumunan tenda-tenda yang kalo jalan tidak melihat talinya bisa tersandung 😂 naik sedikit dari puncak bayangan kami istirahat, guide juragan ayam membangun tenda tapi saya istirahat diluar memakai matras.
06.33 - 07.42 (Puncak Bayangan - Puncak Pawitra)
Saya sempat tidur diluar tenda sekitar 1 jam, karena rencana akan summit saat matahari sudah terang. Pukul 06.00 saya bangun dan mengajak teman-teman untuk summit tapi mereka masih mager 🥴. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya saya memutuskan untuk summit sendiri. Kemudian nanti teman-teman akan menyusul. Karena pasti jalannya juga lebih cepat 🤣. Yang saya katakan kepada tim, percayalah aku aman. Kemudian saya menyiapkan bekal untuk summit dan berangkat. Jalur awal menuju puncak ini berupa tanah, yang disekelilingnya terdapat banyak rerumputan. Puncak Pawitra terlihat cukup jauh dari sini. Kita perlu mendaki satu bukit ini menuju kesana. Tidak lama menapaki jalur tanah, jalur berubah menjadi bebatuan yang mudah rapuh. Welcome Hayati 🙃. Setapak demi setapak saya lalui sambil berbincang dengan rombongan lain yang saya temui. Semakin keatas, bebatuannya semakin besar 😂 sekilas hampir seperti summit gunung sumbing, berat mas biar kamu saja 😓. Patokan saya adalah goa, berdasarkan review youtube jika sudah sampai goa maka sudah dekat puncak, ternyata masih sekitar 15 menit 🥱. Sekian lama berjalan, tiba-tiba tim saya muncul menyusul hahaha gila kalian jalannya pakai awan kinton? Katanya takut saya hilang. Lama berjalan sekitar 45 menit, kami sampai di goa. Disekitar goa ini terdapat bebatuan besar yang dipakai untuk foto-foto. Ya saya juga dipaksa foto sambil singunen takut glundung. Beranjak dari goa, jalur mulai berubah menjadi bebatuan solid yang sangat besar. Bendera merah putih pun terlihat. Yeeey! Sebentar lagi. Guide juragan ayam mempercepat langkah dan saya tidak, WKWK mengcape. Akhirnya pukul 07.42 saya sampai di Puncak Pawitra.
Puncak cukup ramai, tidak disarankan mendirikan tenda di puncak. Karena rawan terpaan angin dan kondisi tanahnya keras, hampir semua didominasi bebatuan. Dari Puncak Pawitra terlihat sabana kecil di jalur seberang yang juga terdapat beberapa tenda. View puncak berupa Gunung Arjuno dan Welirang yang terlihat megah didepan mata. Tidak lama di puncak, saya turun sekitar pukul 08.00 karena langit sudah mendung dan menuruni jalur seperti ini cukup PR 😂. Sekitar 1 jam berjalan, sampailah kembali di puncak bayangan, kami cangkruk sebentar dengan teman-teman pendaki lain.
Fast fast fast! |
Pukul 10.50 obrolan terhenti karena kalau diteruskan gak jadi turun ini 😂 kami kemudian turun dan teman-teman tentu saja mengajak turun dengan fast speed. Haduhadu, hanya break tidak sampai 5 menit di pos 3. Kalo sudah capek dan teman kebut-kebutan saya hanya mengisyaratkan tanda sip, bahwa saya baik-baik saja tapi tentu saja diiringi adu roasting 🤣 kalo sudah kesal, kalimat andalan yang saya ucapkan, duluan aja, ya berani ngomong begini karena masih siang dan banyak pendaki lain 😆. Satu jam turun, ((satu jam)) mendekati basecamp dengan jalur yang dini hari tadi menurun, otomatis menjadi tanjakan 😂 cukup membuat kesal. Tepat sebelum hujan turun sangat deras, kami sampai di basecamp. Huft. Time management time management ✊. Saya kemudian mandi dan bersiap-siap kembali menuju Surabaya. Hehe remedial done ✔️ sampai bertemu lagi di perjalanan berikutnya. Babai gengs 🪁